LETS LOVE FULLFILL YOUR HEART

Sabtu, 23 Juli 2011

Stop Truk di Jalan-jalan, Istri Diikat di Pohon

Kadek Warniti  warga asal Buleleng terpaksa diikat di sebuah pohon di sebelah rumahnya di kawasan Jalan Kargo Sari, Kelurahan Ubud Kaja. Pasalnya, dia sering keluar ke jalan raya menyetop truk-truk yang melaju kencang.
Sang suami Ketut Darmada saat ditemui di rumahnya Sabtu (23/7) kemarin mengakui, selama bertahun-tahun istrinya mengalami gangguan kejiwaan dan sejak seminggu yang lalu penyakit istrinya kambuh. Ibu tiga anak ini sering keluar ke jalan raya dan menyetop mobil maupun truk yang melaju kencang. Dia pun terpaksa diikat di sebuah pohon di sebelah rumahnya karena sang suami Ketut Darmada kuatir istrinya tertabrak.
Kadek Warniti  warga yang kini tinggal di kawasan Jalan Kargo Sari, Kelurahan Ubud Kaja ini sebelumnya normal-normal saja. Namun, semenjak kelahiran anak keduanya, perangai wanita asal Buleleng ini mulai berubah. Tingginya kebutuhan hidup yang tidak diimbangi dengan pendapatan yang cukup saat masih tinggal di daerah asalnya di Banjar Alas Angker Bueleleng, membuat istri Ketut Darmada ini mengalami gangguan kejiwaan.
Walaupun sudah berkali-kali diajak berobat ke Rumah Sakit Jiwa Bangli, Warniti  tak kunjung sembuh. Malah, penyakitnya kian parah dan sering kambuh jika mengingat kondisi perekonomiannya. Sang suami Ketut Darmada tak tahan dengan himpitan ekonomi yang dihadapinya. Diapun memutuskan memboyong istri dan ketiga anaknya mengais rejeki di Denpasar karena minimnya lapangan pekerjaan di daerah asalnya di Buleleng.
Namun, sesampainya di Denpasar, harapan untuk mendapat kehidupan yang lebih layak tampaknya jauh panggan dari api. Darmada hanya mendapat pekerjaan sebagai buruh proyek yang penghasilannya cuma pas-pasan untuk menghidupi ketiga anak dan istrinya. “Saya tidak punya biaya untuk pengobatan istri saya karena gaji saya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah anak-anak saya” tuturnya sambil menemani sang istri yang mengoceh tak karuan di sampingnya.
Karenanya minimnya penghasilan, keluarga miskin ini hanya mampu tinggal di rumah bedeng di kawasan jalan Kargo sari, Kelurahan Ubud Kaja. Bersama puluhan warga dan anak-anak miskin asal Buleleng  lainnya,  Darmada mendirikan bedeng tidak layak huni di tanah pinjaman seluas empat are. Dari bedeng kumuh itulah, Darmada mengais harapan mendapat kehidupan yang lebih baik di tengah kejamnya persaingan di ibu kota.
Walau sudah bekerja keras dari satu proyek ke proyek lainnya, Darmada tak kunjung punya uang lebih untuk mengobati sang istri. Akibatnya, penyakit Warniti  sering kambuh. Dia pun terpaksa mengikat sang istri karena tak punya biaya pengobatan. Darmada berharap ada uluran tangan pemerintah agar kesehatan jiwa istrinya bisa kembali.
Dia juga berharap program bedah rumah yang dijanjikan pemkab Buleleng terhadap rumah di kampung halamannya segera terealisasi sehingga dia bisa hidup layak dan tidak lagi tinggal di bedeng-bedeng seperti sekarang. “Saya berharap janji pemerintah untuk menyediakan tempat tinggal yang layak tidak hanya sekadar janji,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar