Orang bilang cinta itu bisa jadi sumber derita. Kalau begitu kenapa kita tetap tertarik pada cinta? In my opinion, Love is the greater blessing that ever God given to us. Tapi kita memang penuh kreasi bahkan cinta yang indah itupun kita inovasikan dengan kosakata muram, buram dan jahanam "Sumber Derita".
Atau mungkinkah kita hanya cari sensasi di hadapan sang kuasa agar lebih diperhatikan? Ataukah pernyataan itu sebagai bentuk kekecewaan karena mengalami derita dan kekecewaan dalam percintaan akibat cara mencintai yang salah?
Cinta itu tak pernah punya kosakata sumber duka atau siksa ataupun derita. Kita sendiri yang membuat cinta itu penuh hiasan kata-kata busuk dan berdebu itu. Hingga hidung kita harus menghirup tak sedapnya cinta. Mata kita terpaksa menatap betapa jelaknya cinta hingga kelilipan dan memaki “Fuck!!” Telinga kita merah dan seisi lelinga mencair akibat kata-kata panas yang kita anggap keluar dari mulut manisnya cinta.
Lalu akhirnya kita mengakumulasi aggapan-anggapan tadi dan mengkambinghitamkan cinta sebagai sutradara dibalik layar atas derita kita. Cita itu sumber derita begitu kesimpulan akhir kita. I suggest you all even myself, “Stop make conclude like that. Lets see our relationship with love. Have we placed it in right way and right person?” Lets think together.
Pramuna Daud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar