LETS LOVE FULLFILL YOUR HEART

Minggu, 29 Mei 2011

Sering Rugi, Nelayan Jarang ke Laut

Sering Rugi, Nelayan Jarang ke Laut
Beberapa tahun yang lalu nelayan di pulau Serangan memang sejahtera namun kini kian memprihatinkan. Selasa (10/5) tampak hanya sedikit nelayan yang melaut. “Belakangan ini nelayan makin susah. Tidak jarang mereka merugi,” ujar Wayan Sabar (44).
Kapten kapal yang dulunya nelayan ini mengungkapkan, hal tersebut dikarenakan banyak pemodal besar yang menangkap ikan dengan menggunakan rumpon. Ini terbuat dari anyaman bambu yang dipasang di kedalaman 40 m lebih dengan jangkar. Kadang diisi janur atau slepan sehingga ditumbuhi lumut. Ikan-ikan kecil akan berkumpul di sana. Kemudian datanglah ikan-ikan besar dan predator. Lantas ikan-ikan itu akan ditangkap. Menurutnya, rumpon biasanya dipasang hingga selatan Lombok.
Kondisi itu makin diperparah dengan adanya penyelam yang mencari lobster sehingga ikan-ikan menyebar. Sarga ,nelayan asal Banjar Tengah saat ditemui sehabis melaut mengeluh. “Saya melaut dari pagi namun hanya dapat ikan Menengeh(Tongkol) 7 kg.” Harganya Rp. 15.000,00 per kilogram sedangkan biaya bensin mencapai Rp. 100.000,00.
Sebagian besar nelayan berasal dari Br. Kaje, Ponjok, Tengah, Kawan, Dukuh dan Kampung Bugis. Mereka tergabung dalam Perkumpulan Nelayan Mina Cipta Karya. Banyak diantaranya masih bertahan namun tidak sedikit nelayan muda banting stir ke pariwisata.
“Saya merasa kasihan dengan nelayan-nelayan di sini” imbuh Sabar yang sempat berlayar hingga ke Sumbawa, Lombok, Flores, Gili Sawangan, Labuan Bajo bahkan Makassar. “Saya sudah biasa dengan pahit getirnya kehidupan nelayan. Mati saja saya belum,” ujar Sabar menirukan ucapan  seorang nelayan. Memang kehidupan nelayan di Serangan perlu mendapat perhatian pemerintah.(wid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar